Rabu, 21 Juli 2010

teori klasik

Teori Klasik

Gerak osilasi adalah gerak bolak-balik di sekitar titik setimbang. Contoh gerak osilasi adalah gerak osilator harmonik dimana oleh teori klasik, dimodelkan sebagai partikel bermassa $m$ yang bergerak dibawah pengaruh gaya
\begin{displaymath} F = -m\omega^2 x \end{displaymath}

Persamaan geraknya adalah
\begin{displaymath} \frac{d^2x}{dt^2}+\omega^2 x = 0 \end{displaymath}

dengan solusi
\begin{displaymath} x = a \cos \omega t \end{displaymath}

yang menyatakan gerak osilasi dengan frekuensi sudut $\omega$, dan amplitudo $a$. Potensial dan gaya dihubungkan oleh persamaan

sehingga
\begin{displaymath} V(x) = -\frac{1}{2}m\omega^2 x^2 \end{displaymath}

Energi total dari osilator sama dengan energi potensial maksimum, yakni pada saat simpangan sama dengan amplitudo, sehingga
\begin{displaymath} E = \frac{1}{2}m\omega^2 x^2 \end{displaymath}


Struktur Atom
Fisika Kelas 3 > Fisika Atom Dan Fisika Inti
348


TEORI DALTON

Atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi.


TEORI THOMSON

Berdasarkan penemuan perbandingan e/m (e = muatan elektron; m = massa elektron), Thomson mengemukakan teorinya"
"Atom mempunyai muatan positif yang terbagi merata ke seluruh isi atom, dan dinetralkan oleh elektron yang tersebar di antara muatan listrik positif ® (seperti roti kismis).


TEORI ERNST RUTHERFORD

Rutherford melakukan percobaannya dengan menembakkan partikel a ke arah lempeng emas, sehingga dapat menyimpulkan: Atom terdiri dari inti atom yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang berputar pada lintasan-lintasan tertentu ® (seperti susunan tata surya).

Bila lintasan elektron dianggap lingkaran, maka energi total elektron:

E = Ek + Ep

E = - k e²/2r

tanda (-) menunjukkan keterikatan terhadap inti
(menunjukkan bahwa untuk mengeluarkan elektron
diperlukan energi).
r = jari-jari orbit elektron
k = 9 x 109 newton.m²/cou

Jadi jika r membesar maka E juga membesar, sehingga elektron pada kulit paling luar memiliki energi terbesar.

Kelemahan teori Rutherford:

  1. elektron dapat "runtuh" ke inti atom karena dipercepat dan memancarkan energi.
  2. spektrum atom hidrogen berupa spektrum kontinu (kenyataannya spektrum garis).


TEORI NEILS BOHR

Berdasarkan model atom Rutherford dan teori kuantum, Neils Bohr mengemukakan teorinya:

  1. Elektron hanya dapat mengelilingi inti atom melalui lintasan-lintasan tertentu saja, tanpa membebaskan energi. Masing-masing lintasan hanya dapat dilalui elektron yang memiliki momentum anguler kelipatan bulat dari h/2p.

    m . v . r = n . h/2p

  2. Elektron akan mengalami eksitasi (pindah ke lintasan yang lebih tinggi) atau ionisasi jika menyerap energi, dan transisi ke lintasan yang lebih rendah jika memancarkan energi foton.

    Jari-jari lintasan elektron:

    rn = 5.28 x 10-11 n2 meter

    n = 1, 2, 3, .............. = bilangan kuantum utama

    Tingkat-tingkat energi (energi kulit ke-n):

    En = - (k e2/2 r n2)= (-13.6/n2) ev

    1 eV= 1.6 x 10-19 joule


SPEKTRUM ATOM HIDROGEN (SPEKTRUM GARIS)

Menurut Neils Bohr :

1/l = R [ (1/nA2) - (1/nB2) ]

DE = EB - EA = h . c/l

EB = energi pada kulit n
EA = energi pada kulit nA
R = konstanta Rydberg = 1.097 x 107 m-1
DE = energi yang diserap/dipancarkan pada saat elektron pindah

Gbr. Model Atom Neils Bohr

I.

Deret Lyman
terletak pada daerah ultra ungu
nA = 1 ; nB = 2, 3, 4, .......

II.

Deret Balmer
terletak pada daerah cahaya tampak
nA = 2 ; nB = 3, 4, 5. ... ...

III.

Deret Paschen
terletak pada daerah infra merah 1
nA=3 ; nB = 4, 5, 6,.....

IV.

Deret Bracket
terletak pada daerah infra merah 2
nA = 4 ; nB = 5, 6, 7,.......

V.

Deret Pfund
terletak pada daerah infra merah 3
nA = 5 ; nB = 6, 7, 8, ...


Kelemahan Model Atom Bohr:

  1. Tidak dapat menerangkan atom berelektron banyak
  2. Tidak dapat menerangkan pengaruh medan magnet terhadap spektrum atom (kelemahan ini dapat diperbaiki oleh Zeeman, yaitu setiap garis pada spektrum memiliki intensitas dan panjang gelombang yang berbeda)
  3. Tidak dapat menerangkan kejadian ikatan kimia


LUCUTAN GAS

Lucutan gas adalah peristiwa mengalirnya muatan listrik di dalam tabung lucutan gas (tabung Crookes) pada tekanan gas sangat kecil ® menghasilkan berkas sinar katoda

PERBANDINGAN MASSA DAN MUATAN ELEKTRON (e/m)

  1. Dihitung oleh JJ Thomson:
    e/m= 1,7588 x 1011 coul/kg

  2. R.A. Milikan menghitung besarnya muatan elektron:
    e = 1,6021 x 10-19 coulomb

  3. Sehingga massa elektron dapat ditentukan:
    me = 9,1091 x 10-31

Selasa, 20 Juli 2010

difraksi cahaya

Difraksi


Langsung ke: navigasi, cari
Prinsip Huygens.
Difraksi
Difraksi cahaya diterangkangkan oleh prinsip Huygens.
Difraksi pada dua celah berjarak d. Fraksi gelombang putih terjadi pada perpotongan antara garis-garis putih. Fraksi gelombang hitam terjadi pada perpotongan garis-garis berwarna hitam. Fraksi-fraksi gelombang terpisah sejauh sudut θ dan dirunut dengan urutan n.

Difraksi adalah penyebaran gelombang, contohnya cahaya, karena adanya halangan. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens. Pada animasi pada gambar sebelah kanan atas terlihat adanya pola gelap dan terang, hal itu disebabkan wavelet-wavelet baru yang terbentuk di dalam celah sempit tersebut saling berinterferensi satu sama lain.

Untuk menganalisa atau mensimulasikan pola-pola tersebut, dapat digunakan Transformasi Fourier atau disebut juga dengan Fourier Optik.

Difraksi cahaya berturut-turut dipelajari antara lain oleh:

mλ = dsinθ

dimana d adalah jarak antara dua sumber muka gelombang, θ adalah sudut yang dibentuk antara fraksi muka gelombang urutan ke-m dengan sumbu normal muka gelombang fraksi mula-mula yang mempunyai urutan maksimum m = 0.[13]. Difraksi Fresnel kemudian dikenal sebagai near-field diffraction, yaitu difraksi yang terjadi dengan nilai m relatif kecil.

listrik statis

LISTRIK STATIS

Tinjaulah interaksi antara dua benda bermuatan yang dimensi geometrinya dapat diabaikan terhadap jarak antar keduanya. Maka dalam pendekatan yang cukup baik dapat dianggap bahwa kedua benda bermuatan tersebut sebagai titik muatan. Charles Augustin de Coulomb(1736-1806) pada tahun 1784 mencoba mengukur gaya tarik atau gaya tolak listrik antara dua buah muatan tersebut. Ternyata dari hasil percobaannya, diperoleh hasil sebagai berikut:

* Pada jarak yang tetap, besarnya gaya berbanding lurus dengan hasil kali muatan dari masing –masing muatan. * Besarnya gaya tersebut berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua muatan. * Gaya antara dua titik muatan bekerja dalam arah sepanjang garis penghubung yang lurus. * Gaya tarik menarik bila kedua muatan tidak sejenis dan tolak menolak bila kedua muatan sejenis. Hasil penelitian tersebut dinyatakan sebagai hukum Coulomb, yang secara matematis:
k adalah tetapan perbandingan yang besarnya tergantung pada sistem satuan yang digunakan. Pada sistem SI, gaya dalam Newton(N), jarak dalam meter (m), muatan dalam Coulomb ( C ), dan k mempunyai harga :
sebagai konstanta permitivitas ruang hampa besarnya = 8,854187818 x 10-12 C2/Nm2. Gaya listrik adalah besaran vektor, maka Hukum Coulomb bila dinyatakan dengan notasi vector menjadi :
Dimana r12 adalah jarak antara q1 dan q2 atau sama panjang dengan vektor r12, sedangkan r12 adalah vektor satuan searah r12. Jadi gaya antara dua muatan titik yang masing-masing sebesar 1 Coulomb pada jarak 1 meter adalah 9 x 109 newton, kurang lebih sama dengan gaya gravitasi antara planet-planet.

Contoh 1:

Muatan titik q1 dan q2 terletak pada bidang XY dengan koordinat berturut-turut(x1,y1) dan (x2,y2), tentukanlah :

a. Gaya pada muatan q1 oleh muatan q2

b. Gaya pada muatan q1 oleh muatan q2

Penyelesaian :

a. Gaya pada muatan q1 oleh muatan q2

b. Gaya pada muatan q2 oleh muatan q1

Dari hasil perhitungan bahwa gayanya akan sama besar namun berlawanan arah.
Prinsip Superposisi

Dalam keadaan Rill , titik-titik muatan selalu terdapat dalam jumlah yang besar. Maka timbullah pertanyaan : apakah interaksi antara dua titik muatan yang diatur oleh Hukum Coulomb dapat dipengaruhi oleh titik lain disekitarnya? Jawabannya adalah tidak, karena pada interaksi elektrostatik hanya meninjau interaksi antar dua buah muatan, jika lebih dari dua buah muatan maka diberlakukan prinsip superposisi (penjumlahan dari semua gaya interaksinya).

Secara matematik, prinsip superposisi tersebut dapat dinyatakan dengan mudah sekali dalam notasi vektor. Jadi misalnya F12 menyatakan gaya antara q1 dan q2 tanpa adanya muatan lain disekitarnya, maka menurut Hukum Coulomb,

Begitu pula interaksi antara q1 dan q3 tanpa adanya muatan q2, dinyatakan oleh :

Maka menurut prinsip superposisi dalam sistem q1, q2 dan q3, gaya total yang dialami q1 tak lain adalah jumlah vector gaya-gaya semula :
Contoh 2 :

Tiga buah muatanmasing-masing q1 = 4 C pada posisi (2,3), q2 = -2 C pada posisi(5,-1) dan q3 = 2 C pada posisi (1,2) dalam bidang x-y. Hitung resultan gaya pada q2 jika posisi dinyatakan dalam meter.

Penyelesaian :

hukum gravitasi newton

HUKUM GRAVITASI NEWTON

Sebelum mencetuskan Hukum Gravitasi Universal, eyang Newton telah melakukan perhitungan untuk menentukan besar gaya gravitasi yang diberikan bumi pada bulan sebagaimana besar gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda-benda di permukaan bumi. Sebagaimana yang kita ketahui, besar percepatan gravitasi di bumi adalah 9,8 m/s2. Jika gaya gravitasi bumi mempercepat benda di bumi dengan percepatan 9,8 m/s2, berapakah percepatan di bulan ? karena bulan bergerak melingkar beraturan (gerakan melingkar bulan hampir beraturan), maka percepatan sentripetal bulan dihitung menggunakan rumus percepatan sentripetal Gerak melingkar beraturan.

Diketahui orbit bulan yang hampir bulat mempunyai jari-jari sekitar 384.000 km dan periode (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu putaran) adalah 27,3 hari. Dengan demikian, percepatan bulan terhadap bumi adalah

Jadi percepatan gravitasi bulan terhadap bumi 3600 kali lebih kecil dibandingkan dengan percepatan gravitasi bumi terhadap benda-benda di permukaan bumi. Bulan berjarak 384.000 km dari bumi. Jarak bulan dengan bumi ini sama dengan 60 kali jari-jari bumi (jari-jari bumi = 6380 km). Jika jarak bulan dari bumi (60 kali jari-jari bumi) dikuadratkan, maka hasilnya sama dengan 3600 (60 x 60 = 602 = 3600). Angka 3600 yang diperoleh dengan mengkuadratkan 60 hasilnya sama dengan Percepatan bulan terhadap bumi, sebagaimana hasil yang diperoleh melalui perhitungan.

Berdasarkan perhitungan ini, eyang newton menyimpulkan bahwa besar gaya gravitasi yang diberikan oleh bumi pada setiap benda semakin berkurang terhadap kuadrat jaraknya (r) dari pusat bumi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Selain faktor jarak, Eyang Newton juga menyadari bahwa gaya gravitasi juga bergantung pada massa benda. Pada Hukum III Newton kita belajar bahwa jika ada gaya aksi maka ada gaya reaksi. Ketika bumi memberikan gaya aksi berupa gaya gravitasi kepada benda lain, maka benda tersebut memberikan gaya reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap bumi. Karena besarnya gaya aksi dan reaksi sama, maka besar gaya gravitasi juga harus sebanding dengan massa dua benda yang berinteraksi. Berdasarkan penalaran ini, eyang Newton menyatakan hubungan antara massa dan gaya gravitasi. Secara matematis ditulis sbb :

MB adalah massa bumi, Mb adalah massa benda lain dan r adalah jarak antara pusat bumi dan pusat benda lain.

Setelah membuat penalaran mengenai hubungan antara besar gaya gravitasi dengan massa dan jarak, eyang Newton membuat penalaran baru berkaitan dengan gerakan planet yang selalu berada pada orbitnya ketika mengitari matahari. Eyang menyatakan bahwa jika planet-planet selalu berada pada orbitnya, maka pasti ada gaya gravitasi yang bekerja antara matahari dan planet serta gaya gravitasi antara planet, sehingga benda langit tersebut tetap berada pada orbitnya masing-masing. Luar biasa pemikiran eyang Newton ini. Tidak puas dengan penalarannya di atas, ia menyatakan bahwa jika gaya gravitasi bekerja antara bumi dan benda-benda di permukaan bumi, serta antara matahari dan planet-planet maka mengapa gaya gravitasi tidak bekerja pada semua benda ?

Akhirnya, setelah bertele-tele dan terseok-seok, kita tiba pada inti pembahasan panjang lebar ini. Eyang Newton pun mencetuskan Hukum Gravitasi Universal dan mengumumkannya pada tahun 1687, hukum yang sangat terkenal dan berlaku baik di indonesia, amerika atau afrika bahkan di seluruh penjuru alam semesta. Hukum gravitasi Universal itu berbunyi demikian :

Semua benda di alam semesta menarik semua benda lain dengan gaya sebanding dengan hasil kali massa benda-benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara benda-benda tersebut.

Secara matematis, besar gaya gravitasi antara partikel dapat ditulis sbb :

Fg adalah besar gaya gravitasi pada salah satu partikel, m1 dan m2 adalah massa kedua partikel, r adalah jarak antara kedua partikel.

G adalah konstanta universal yang diperoleh dari hasil pengukuran secara eksperimen. 100 tahun setelah eyang Newton mencetuskan hukum Gravitasi Universal, pada tahun 1978, Henry Cavendish berhasil mengukur gaya yang sangat kecil antara dua benda, mirip seperti dua bola. Melalui pengukuran tersebut, Henry membuktikan dengan sangat tepat persamaan Hukum Gravitasi Universal di atas. Perbaikan penting dibuat oleh Poyting dan Boys pada abad kesembilan belas. Nilai G yang diakui sekarang = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2

impuls dan momentum

Momentum dan Impuls

Pengantar

Pernahkah dirimu menyaksikan tabrakan antara dua kendaraan di jalan ? kalo belum, silahkan mencoba ;) sstt… jangan diikuti. Berbahaya bagi kesehatan jiwa dan raga-mu :) apa yang terjadi ketika dua kendaraan bertabrakan ? mungkin pengendara atau penumpangnya babak belur dan langsung digiring ke rumah sakit. Kondisi mobil atau sepeda motor mungkin hancur berantakan… Kalau kita tinjau dari ilmu fisika, fatal atau tidaknya tabrakan antara kedua kendaraan ditentukan oleh momentum kendaraan tersebut. masa sich ? serius… terus momentum tu apa ? sebelum berkenalan dengan momentum, pahami penjelasan gurumuda berikut ini terlebih dahulu.

Dalam ilmu fisika terdapat dua jenis momentum yakni momentum linear dan momentum sudut. Kadang-kadang momentum linear disingkat momentum. Dirimu jangan bingun ketika membaca buku pelajaran fisika yang hanya menulis “momentum”. Yang dimaksudkan buku itu adalah momentum linear. Seperti pada gerak lurus, kita seringkali hanya menyebut kecepatan linear dengan “kecepatan”. Tetapi yang kita maksudkan sebenarnya adalah “kecepatan linear”. Momentum linear merupakan momentum yang dimiliki benda-benda yang bergerak pada lintasan lurus, sedangkan momentum sudut dimiliki benda-benda yang bergerak pada lintasan melingkar. Btw, pengertian momentum tu apa ? terus apa hubungannya dengan tabrakan alias tumbukan dan impuls ? nah, sekarang tarik napas panjang sepuas2nya…. Seperti biasa, kita akan bergulat lagi dengan ilmu fisika. Kali ini kita bertarung dengan momentum, tumbukan dan impuls. Santai saja… gurumuda akan berusaha menjelaskan dengan bahasa yang sederhana sehingga dirimu cepat paham. Selamat belajar ya, semoga dahimu tidak berkerut2… :)


Dalam fisika, momentum suatu benda didefinisikan sebagai hasil kali massa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut. Secara matematis ditulis :

p = mv

p adalah lambang momentum, m adalah massa benda dan v adalah kecepatan benda. Momentum merupakan besaran vektor, jadi selain mempunyai besar alias nilai, momentum juga mempunyai arah. Besar momentum p = mv. Terus arah momentum bagaimana-kah ? arah momentum sama dengan arah kecepatan. Misalnya sebuah mobil bergerak ke timur, maka arah momentum adalah timur, tapi kalau mobilnya bergerak ke selatan maka arah momentum adalah selatan. Bagaimana dengan satuan momentum ? karena p = mv, di mana satuan m = kg dan satuan v = m/s, maka satuan momentum adalah kg m/s. Nama lain dari kg m/s adalah gurumuda. He2…. Cuma canda. Tidak ada nama khusus untuk satuan momentum.

Dari persamaan di atas, tampak bahwa momentum (p) berbanding lurus dengan massa (m) dan kecepatan (v). Semakin besar kecepatan benda, maka semakin besar juga momentum sebuah benda. Demikian juga, semakin besar massa sebuah benda, maka momentum benda tersebut juga bertambah besar. Perlu anda ingat bahwa momentum adalah hasil kali antara massa dan kecepatan. Jadi walaupun seorang berbadan gendut, momentum orang tersebut = 0 apabila dia diam alias tidak bergerak. Jadi momentum suatu benda selalu dihubungkan dengan massa dan kecepatan benda tersebut. kita tidak bisa meninjau momentum suatu benda hanya berdasarkan massa atau kecepatannya saja.

Contohnya: sebut saja mobil gurumuda dan mobil gurutua. Apabila kedua mobil ini bermassa sama tetapi mobil gurumuda bergerak lebih kencang (v lebih besar) daripada mobil gurutua, maka momentum mobil gurumuda lebih besar dibandingkan dengan momentum mobil gurutua. Contoh lain, misalnya mobil gurumuda memiliki massa besar, sedangkan mobil gurutua bermassa kecil. Apabila kedua mobil ini kebut2an di jalan dengan kecepatan yang sama, maka tentu saja momentum mobil gurumuda lebih besar dibandingkan dengan momentum mobil gurutua.

gelombang bunyi

Gelombang Bunyi

Pada bab sebelum ini kita telah mempelajari bagaimana persamaan gelombang
seperti yang disajikan dalam persamaan (2.9) maupun persamaan (2.19). Pada bagian ini
kita akan secara spesifik memperlajari persoalan gelombang bunyi. Kajian akan diawali
dengan urian penerapan hukum Hooke dan hukum Newton pada kasus perambatan
gelombang longitudinal di dalam batang, baru kemudian prinsip yang sama akan kita
gunakan untuk membahas perambatan gelombang bunyi di dalam fluida dimana dalam
hal ini kita akan menggunakan medium gas sebagai bahan kajian.
3.1. Perambatan Bunyi di dalam Batang
Alasan mengapa kita mengkaji terlebih dahulu perambatan gelombang longitudinal
di dalam batang sebelum membahas hal yang sama di dalam medium gas adalah karena
prinsip-prinsip elastisitas jauh lebih mudah dipahami, begitu pun dengan penjabaran
matematikanya relatif lebih sederhana.
Dimisalkan kita memiliki sebuah batang dengan tampang lintang A dan densitas ρ
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar (3.1). Dalam hal ini kita memisalkan bahwa
kepada batang tersebut diberi gangguan berupa stress pada salah satu ujungnya,
sehingga partikel-partikel di dalamnya mengalami simpangan dari posisi setimbangnya
lalu kemudian timbul perambatan gelombang di sepanjang batang dalam arah yang
sejajar dengan arah simpangan partikel-partikel penyusun batang tersebut.
Kita dapat memandang Gambar (3.1) sebagai sebuah keadaan dimana sebuah gaya
bekerja pada tampang lintang dan mengarah normal ke sepanjang batang tersebut. Maka
sesuai dengan hukum Hooke,
(3.1)
Dalam hal ini stress merupakan gaya persatuan luas dari tampang lintang batang
dalam Gambar (3.1), dan strain adalah deformasi elastik yang timbul akibat stress yang
dialami oleh batang tersebut. Jika dimisalkan panjang batang semula adalah L dan
pertambahan panjang yang terjadi akibat stress adalah , maka nilai konstanta dari
hubungan stress – strain dalam persamaan (3.1) adalah,
(3.2)
50
yang tidak lain merupakan modulus Young dari batang yang sedang dibahas.
Dari persamaan (3.2) kita dapat menulis hubungan untuk gaya sebagai
(3.3)
Untuk dapat menjabarkan persamaan gelombang, maka mari kita tinjau segmen
kecil sepanjang dari batang dalam Gambar (3.1) di atas. Akibat adanya gaya yang
bekerja pada ujung batang maka segmen tersebut mengalami deformasi sebesar .
Dalam hal ini kita dapat memandang bahwa batang L sesungguhnya tersusun dan
sejumlah segmen-segmen kecil seperti itu dan secara bersama-sama terdeformasi
sehingga secara akumulatif batang tersebut mengalami pertambahan panjang sebesar .
Untuk keadaan statik, yakni suatu keadaan seperti pegas yang ditarik pada salah
satu ujungnya dimana gaya bernilai konstan di sepanjang pegas, maka sesuai dengan
hukum Hooke, kita dapat menulis padanan persamaan (3.3) untuk segmen adalah,
(3.4)
Kemudian jika kita misalkan bahwa segmennya bernilai sangat kecil, maka kita
boleh menyatakan dengan bentuk dan dengan , sehingga persamaan (3.4)
berubah menjadi,
(3.5)
Disaat gelombang merambat melalui batang tersebut, maka keadaan statik tidak
berlaku, setiap segmen mengalami percepatan, dan gaya pada kedua ujung masingmasing
segmen tidak lagi bernilai sama. Percepatan yang dialami oleh sebuah segmen
pada suatu waktu t tertentu berhubungan dengan gaya netto yang diberikan oleh,
F
x x + x
L L
A
Gambar 3.1. Sebuah batang yang
mengalami deformasi elastik dalam
arah memanjang.
51
Dalam hal ini kita harus ingat bahwa untuk keadaan dinamik, maka deformasi
adalah parameter yang merupakan fungsi dari variabel spasial dan temporal, . Oleh
karenanya kita dapat menggunakan kaidah derivatif parsial,
(3.6)
Selanjutnya kita dapat menyatakan massa segmen sebagai .
Sesuai hukum Newton, dalam keadaan dinamik massa tersebut akan mengalami
percepatan yang dinyatakan oleh,
Sehingga persamaan gerak untuk sebuah segmen sepanjang pada suatu waktu t
tertentu dapat dinyatakan dengan,
Sehingga diperoleh bentuk,
(3.7)
yang tidak lain merupakan sebuah persamaan gelombang yang sama dengan persamaan
(2.9). Dalam hal ini cepat rambatnya diberikan oleh,
(3.8)
3.2. Perambatan Bunyi di dalam Gas
Pada dasarnya hukum Hooke sebagaimana diberikan oleh persamaan (3.1)